Info Menarik

Inilah Alasan Kenapa Gamer Tidak Suka Dengan Microtransaction

Di kalangan gamer, microtransaction atau transaksi micro merupakan salah satu hal yang diperdebatkan. Banyak pemain yang tidak terlalu suka dengan sistem monetisasi yang satu ini.

Istilah microtransaction sendiri mungkin menjadi istilah asing buat kamu yang baru mengenal video game dari game-game smartphone seperti Mobile Legend atau Free Fire. Akan tetapi, kamu yang memainkan game-game seperti itu justru merupakan sasaran empuk dari sistem monetisasi tersebut.

Apa itu Microtransaction?

Sebelum ada smartphone dan internet masih belum secepat ini, para gamer membeli game di toko video game atau toko teknologi.

Lalu dengan perkembangan internet yang begitu pesat, maka proses jual beli video game pun mengelami perubahan. Mulai bermunculan toko-toko online yang menjual video game seperti Steam, Nintendo eShop dan Playstation Network.

Bahkan, kini kamu pun bisa membeli game langsung melalui smartphone di Google Play Store atau App Store.

Setelah melakukan pembelian, nantinya file-file game bisa kamu download secara langsung ke perangkat video game yang kamu miliki. Kamu pun bisa langsung memainkan game yang kamu beli segera setelah proses download selesai.

Kehadiran toko-toko game digital ini pada akhirnya tidak hanya merubah cara gamer membeli game, tetapi juga proses penjualan dalam dunia video game. Muncul proses penjualan baru di mana gamer bisa melakukan pembelian item dalam game yang saat ini dikenal dengan microtransaction.

Dengan metode penjualan ini, maka para gamer bisa membeli beragam item, seperti kostum, karakter hingga fitur premium.

Saat ini, microtransaction merupakan sistem monetisasi yang dapat kita temukan dengan mudah dihampir semua judul game, mulai dari game-game gratis untuk smartphone hingga game-game besar keluaran developer game raksasa.

Sistem microtransaction sendiri sering kali dikombinasikan dengan sistem lain, yaitu kotak atau paket berisi item acak.

Sebagian besar kotak atau paket tersebut memang bisa didapatkan secara gratis, tetapi terdapat pilihan untuk mendapatkan secara lebih cepat dan mudah dengan membayar sejumlah uang digital yang hadir dengan berbagai bentuk.

Misalnya dalam game Free Fire, uang digitalnya hadir dalam bentuk diamond. Uang digital tersebut pun umumnya tidak bisa kamu dapatkan secara gratis. Kamu harus membelinya.

Berbicara mengenai microtransaction dan kotak berisi item acak, ada salah satu genre game yang berpusat pada sistem tersebut, yaitu game gacha. Game tersebut umumnya merupakan game free to play untuk smartphone. Dengan kata lain, kamu bisa memainkannya di smartphone secara gratis.

Hanya saja, sistem pada game tersebut meniru sistem mesin Gashapon di mana kamu bisa memasukan uang untuk mendapatkan sebuah paket yang isinya tidak kamu ketahui kecuali kamu membuka paket tersebut.

Sistem tersebut dan sistem lain dalam game akan mendorongmu untuk mengeluarkan banyak uang agar mendapatkan item atau karakter yang kamu butuhkan dengan cara terus membeli loot box yang isinya tidak kamu ketahui secara pasti.

Diantara para pemain game gacha, ada orang yang disebut dengan whales atau paus. Orang tersebut merupakan seorang gamer yang telah menghabiskan begitu banyak uang untuk game gacha yang dia mainkan.

Mengubah Mekanik Game

Salah satu alasan kenapa microtransaction tidak begitu disukai adalah bahwa jika gamer sudah membeli game premium, lalu diharuskan membayar sejumlah uang untuk membuka beberapa konten dalam game, maka mereka menganggap bahwa developer game sudah terlalu serakah.

Alasan lainnya adalah sistem tersebut dapat mengubah mekanik game. Selain game gacha, sejumlah game pun juga dibuat untuk mendorong pemain melakukan pembelian melalui microtransaction.

Pada sejumlah game free to play, pengembang game membatasi waktu bermain game sehingga mereka yang ingin bermain lebih lama harus membayar dengan uang cash. Pada game lain, terdapat antarmuka yang membuat pemain melakukan sesuatu yang tidak mereka inginkan, seperti menekan tombol untuk melakukan pembelian item.

Sementara itu, di game-game seperti MMO (massively multiplayer online), progress atau kemajuan dalam game diperlambat sedemikian rupa dan sejumlah item dibuat langka sehingga pemain tergoda untuk membeli item khusus atau item lain yang dapat mempercepat proses dalam game tersebut.

Tidak Semua Microtransaction Jelek

Meskipun microtransaction seringkali tidak disukai gamer karena developer game yang kerap kali menggunakannya untuk mendapatkan banyak keuntungan, tetapi tidak semua microtransaction jelek.

Ada sejumlah microtransaction yang tidak merugikan pemain. Contohnya bisa kita lihat pada game Fortnite, Dota 2 dan Overwatch di mana item-item yang dapat dibeli dengan uang cash merupakan item kosmetik yang tidak mempengaruhi gameplay.

About the author

Alvin

Pemiliki Warnet yang merangkap sebagai Op Warnet dan penulis Freelancer.

Leave a Comment